KISAH NABI YUNUS DAN SANG PAUS PEMANGSA



A.  Kisah Perjuangan Dakwah Nabi Yūnus As

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yūnus as sebagaimana kisah tentang Nabi Mūsā as, Yūsuf dan Nabi-nabi lainnya. Ayat-ayat yang mengkisahkan perjuangan dan perjalanan Nabi Yūnus di antaranya termuat dalam surat Yūnus [10]: 98, al-Anbiyā’ [21]: 87-88, aṣ-Ṣaffāt [37]: 139-148, al-Qalam [68]: 48-50 dan ayat-ayat lain yang berkaitan.[1] Yunus (Arab:يونس atau يونان Yūnān, Inggris: Jonah, Ibrani:Yonah, Latin: Ionas) (sekitar 820-750 SM) adalah salah seorang Nabi dalam agama Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang disebutkan dalam Al-Qur’an dalam Surah Yūnus dan dalam al-Kitab dalam Kitab Yūnus. Ia ditugaskan berdakwah kepada orang Assyiria di Nainawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6 kali di dalam al-Quran dan wafat di Nainawa-Iraq.Yūnus bin Mattā dari keturunan Benyamin bin Ya‘qūb.[2]
Allah swt -sebagaimana dikatakan para Ahli Tafsir- mengutus Nabi Yūnus as kepada penduduk Nainawa di daerah al-Muwaṣil. Lalu Nabi Yūnus as menyeru penduduknya ke jalan Allah swt. Namun mereka mendustakannya dan senantiasa dalam kekafiran dan keingkaran mereka.[3] Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah seorang yang tenang dan sederhana.[4] Nabi Yūnus as merupakan seorang asing yang datang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah. Nabi Yūnus as membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agar menyembah kepada Allah swt yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawa manfaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahwa mereka sebagai makhluk Allah swt yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya.[5]

Ia mengajak mereka berfikir memperhatikan ciptaan Allah swt di dalam diri mereka sendiri, di dalam alam sekitar untuk menyadarkan mereka bahwa Tuhan pencipta itulah yang patut disembah dan bukannya benda-benda ciptaannya. Ajaran-ajaran Nabi Yūnus as itu bagi para penduduk Nainawa merupakan hal yang baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Karenanya mereka tidak dapat menerimanya untuk menggantikan ajaran dan kepercayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka yang sudah menjadi adat kebiasaaan mereka turun temurun. Apalagi pembawa agama itu adalah seorang asing tidak seketurunan dengan mereka.
Mereka berkata kepada Nabi Yūnus as: “Apakah kata-kata yang engkau ucapkan itu dan kedustaan apakah yang engkau anjurkan kepada kami tentang agama barumu itu? Inilah Tuhan-tuhan kami yang sejati yang kami sembah dan disembah oleh nenek moyamg kami sejak dahulu. Alasan apakah yang membenarkan kami meninggalkan agama kami yang diwariskan oleh nenek moyang kami dan menggantikannya dengan agama barumu? Engkau adalah seorang yang ditengah-tengah kami yang datang untuk merusakkan adat istiadat kami dan mengubah agama kami dan apakah kelebihan kamu diatas kami yang memberimu alasan untuk mengurui dan mengajar kami. Hentikanlah aksimu dan ajakan-ajakanmu di daerah kami ini. Percayalah bahwa engkau tidak akan mendapatkan pengikut di antara kami dan bahwa ajaranmu tidak akan mendapat tempat di antara rakyat Nainawa yang sangat teguh mempertahankan tradisi dan adat istiadat orang-orang tua kami.”
Barkata Nabi Yūnus as menjawab: “Aku hanya mengajak kamu beriman dan bertauhid menurut agama yang aku bawa sebagai amanat Allah swt yang wajibku sampaikan kepadamu. Aku hanya seorang pesuruh yang ditugaskan oleh Allah swt untuk mengangkat kamu dari lembah kesesatan dan kegelapan menuntun kamu ke jalan yang benar dan lurus menyampaikan kepada kamu agama yang suci bersih dari benih-benih kufur dan syirik yang merendahkan martabat manusia yang semata-mata untuk kebaikan kamu sendiri dan kebaikan anak cucumu kelak. Aku sesekali tidak mengharapkan sesuatu upah atau balas jasa darimu dan tidak pula menginginkan pangkat atau kedudukan. Aku tidak dapat memaksamu untuk mengikutiku dan melaksanakan ajaran-ajaranku. Aku hanya mengingatkan kepadamu bahwa bila kamu tetap membangkang dan tidak menghiraukan ajakanku, tetap menolak agama Allah swt yang aku bawa, tetap mempertahankan akidahmu dan agamamu yang batil dan sesat itu, niscaya Allah swt kelak akan menunjukkan kepadamu tanda-tanda kebenaran risalahku dengan menurunkan azab siksa-Nya di atas kamu sebagaimana telah dialami oleh kaum terdahulu iaitu kaum Nuh, Aad dan Tsamud sebelum kamu.[6]
Setelah hal itu berlangsung lama, Nabi Yūnus as pergi dari tengah-tengah mereka dengan penuh kemurkaan seraya menjanjikan kepada mereka datangnya azab selama tiga hari.[7]
Mereka menjawab peringatan Nabi Yūnus as dengan tantangan seraya mengatakan: “Kami tetap menolak ajakanmu dan tidak akan tunduk pada perintahmu atau mengikut kemauanmu dan sekali-kali kami tidak akan takut akan segala ancamanmu. Cobalah datangkan apa yang engkau ancamkan itu kepada kami jika engkau memang benar dalam kata-katamu dan tidak mendustai kami. Ketika mereka telah terbukti mendapatkan azab dan mereka pun mengetahui bahwa Nabi Yūnus as tidak berdusta, mereka pun keluar ke lembah-lembah bersama anak-anak kecil, binatang-binatang ternak dan hewan-hewan mereka serta memisahkan antara ibu-ibu dengan anak-anak mereka, kemudian mereka berdoa dan meminta pemeliharaan serta pertolongan kepada Allah swt. Unta-unta dan anak-anaknya menangis dan bersuara, sapi-sapi dan anak-anaknya juga bersuara, serta kambing-kambing dan ank-anaknya mengembik.[8] Kemudian dengan kekuatan, daya, kekuasaan, rahmat, dan kelembutan-Nya, Allah swt menghentikan azab yang disebabkan oleh perbuatan mereka.[9]   
Oleh karena itu, Allah swt berfirman,
فَلَوْلَا كَانَتْ قَرْيَةٌ آمَنَتْ فَنَفَعَهَا إِيمَانُهَا [10]...
Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yūnus?...[11]

Maksudnya adalah seandainya pada masa-masa terdahulu terdapat sebuah kota yang beriman secara sempurna. Dan hal itu menunjukan bahwa tidak ada suatu kota pun yang beriman selain kaumnya Nabi Yūnus as,[12] sebagaimana Allah swt berfirman,
إِلَّا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ [13]
“…Selain kaumnya Yūnus?, Ketika mereka (kaum Yūnus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai pada waktu tertentu.”[14]

Setelah Nabi Yūnus as pergi dalam keadaan marah karena ulah kaumnya, Nabi Yūnus as naik kapal laut. Namun –menurut ahli tafsir- kapal yang Nabi Yūnus as tumpangi itu mengangkut penumpang melebihi kapasitas maksimal sehingga menjadi oleng dan hampir-hampir tenggelam,[15] hingga sekonyong-konyong tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak diikuti oleh tiupan angin topan yang kencang, sehingga menjadikan nakhoda kapal berserta seluruh penumpangnya berada dalam keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya. Para penumpang dan nakhoda melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban berat muatan dengan mengorbankan salah seorang dari para penumpang.[16] Kemudian kaum yang berada di dalam kapal tersebut saling bermusyawarah untuk melakukan undian. Dan siapa saja yang keluar namanya dalam undian tersebut, maka ia akan dilemparkan dari kapal supaya muatan kapal menjadi lebih ringan. Setelah dilakukan undian, jatuhlah undian itu pada Nabi Yūnus as. Lalu mereka membatalkan undian tersebut. Kemudian mereka mengulangi undian itu dan masih jatuh kepada Nabi Yūnus as. Untuk kedua kalinya, mereka menolak hasil undian itu. Namun untuk ketiga kalinya undian itu masih tetap jatuh pada diri Nabi Yūnus as. Namun itu sudah menjadi kehendak Allah swt untuk sebuah agenda yang lebih besar.[17] Nabi Yūnus as yang dengan telitinya memperhatikan sewaktu undian dibuat merasa bahwa keputusan undian itu adalah kehendak Allah swt yang tidak dapat ditolaknya yang mungkin didalamnya terkandung hikmah yang belum diketahuinya. Nabi Yūnus as sadar pula pada saat itu bahwa ia telah melakukan dosa dengan meninggalkan Nainawa sebelum memperoleh perkenan Allah swt, sehingga mungkin keputusan undian itu adalah sebagai penebusan dosa yang ia lakukan itu.[18]
Allah swt berfirman,
وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ (139) إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ (140) فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ (141) فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ (142) [19]
“Dan sungguh Yūnus benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut diundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian). Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.”[20]

Setelah pengundian itu selesai dan jatuh kepada dirinya, ia melepaskan baju[21] dan langsung menceburkan diri ke laut, lalu Allah swt mengirimkan ikan besar dari laut hijau untuk menelannya. Allah swt memerintahkan ikan itu agar tidak memakan daging Nabi Yūnus as dan tidak juga menghancurkan tulang-tulangnya. Lalu ikan itu pun membawanya berenang mengelilingi lautan. Dan ada yang menyatakan bahwa ikan besar yang menelan Nabi Yūnus as juga ditelan oleh ikan yang lebih besar lagi.[22]
Setelah ia berada di dalam perut ikan besar selama waktu yang menurut perkiraan normal ia sudah meninggal dunia, Nabi Yūnus as menggerakkan anggota tubuhnya. Ternyata ia masih bergerak, sehingga ia pun yakin bahwa ia masih hidup. Lalu ia menjatuhkan diri dan bersujud seraya berucap, “Ya Tuhanku, aku telah menjadikan suatu tempat bersujud di tempat di mana tidak ada seorang pun dari hamba-hamba-Mu beribadah di sana”.[23] Dan menurut beberapa Ahli Tafsir, ada yang mengatakan bahwa Nabi Yūnus as tinggal di dalam perut ikan selama 3 hari, 7 hari, atau 40 hari. Dan ada yang mengatakan pula bahwa “Ikan itu menelan Yūnus pagi hari dan memuntahkannya kembali pada sore hari” dan hanya Allah swt-lah yang tahu akan hal itu semua.[24]
Ketika dibawa bererenang oleh ikan itu, Nabi Yūnus as mendengar tasbih yang dikumandangkan oleh ikan-ikan besar, dan juga ikan-ikan lainnya, termasuk di dalamnya mendengar tasbih biji-bijian kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi berlapis tujuh dan semua yang ada di antara keduanya sebagaimana yang diberitahukan oleh Allah swt dalam al-Qur’an,
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ (88) [25]
Dan (ingatlah kisah) Żun Nūn (Yūnus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa kami tidak akan menyulitkannya, Maka ia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, "Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."88.  Maka kami Telah kabulkan (doa) nya dan kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.[26]

Di dalam perut ikan, kegelapan laut dan kegelapan malam Nabi Yūnus as berdoa kepada Allah swt. Dan seandainya saja di dalam perut ikan tersebut Nabi Yūnus tidak bertasbih, bertahlil kepada Allah swt, mengakui kekuasaannya sertra bertaubat kepada Allah swt. Niscaya ia akan tinggal di dalam perut ikan itu sampai hari kiamat, dan kelak ia pasti akan dibangkitkan dari dalam perut ikan tersebut.[27]
Dalam tafsirnya Ibnu Abī Ḫātim bercerita, Abū Abdullah Ahmad bin Abdurrahman, anak saudara Wahhāb memberitahu kami, pamanku memberitahu kami, Abū Ṣakhr memberitahu kami, bahwa Yazīd al-Raqqāsyīy menceritakan, “Aku pernah mendengar dari Anas bin Malik, sedang aku tidak mengetahui melainkan Anas  yang me-rafa‘-kan hadis ini kepada Rasulullah saw. Beliau saw bersabda:
إِنَّ يُونُسَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ السَّلامُ حِينَ نَادَى وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ قَالَ اللَّهُمَّ لاَ إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ فَأَقْبَلَتِ الدَّعْوَةُ تَحِنُّ بِالْعَرْشِ فَقَالَتِ الْمَلائِكَةُ يَا رَبِّ هَذَا صَوْتُ ضَعِيفٍ مَعْرُوفٍ مِنْ بِلادٍ غَرِيبَةٍ قَالَ أَمَا تَعْرِفُونَ ذَلِكَ قَالُوا يَا رَبَّنَا مَنْ هُوَ قَالَ ذَلِكَ عَبْدِي يُونُسُ قَالُوا عَبْدُكَ يُونُسُ الَّذِي لَمْ تَزَلْ تَرْفَعُ لَهُ عَمَلا مُتَقَبَّلا وَدَعْوَةً مُجَابَةً قَالَ نَعَمْ قَالُوا يَا رَبُّ أَفَلا تَرْحَمُ مَا كَانَ يَصْنَعُ فِي الرَّخَاءِ فَتُنْجِيهِ مِنَ الْبَلاءِ قَالَ بَلَى قَالَ فَأَمَرَ الْحُوتَ فَطَرَحَتْهُ بِالْعَرَاءِ.
“Sesungguhnya Nabi Yūnus as ketika ia berdoa, sedang ia dalam perut ikan besar, maka ia mengucapkan, “Ya Allah, tiada Tuhan melainkan hanya Engkau, sesungguhnya aku termnasuk orang-orang yang zalim”. Kemudian doa tersebut disambut di bawah Arsy, lalu para Malaikat berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku mendengar suara pelan yang terkenal dari daerah yang sangat asing”. Lalu Allah berfirman, “Apakah kalian tidak mengetahui siapa orang tersebut?” mereka menjawab, “Tidak, kami tidak mengetahui. Lalu siapakah orang itu?”. Lalu Allah menjawab “Ia adalah hamba-Ku Yūnus”. Mereka berkata, “Hamba-Mu, Yūnus yang darinya masih terus diangkat amal salih dan doanya senantiasa terkabulkan?” Mereka meneruskan perkataannya, ”Ya Tuhan kami, apakah engkau tidak mencurahkan rahmat atas apa yang ia kerjakan dalam keadaan lapang, lalu kau menyelamatkannya dari bahaya?”, Allah berfirman. “Ya tentu saja!” maka Allah memerintahkan ikan besar itu untuk memuntahkannya ke tanah tandus.[28]

Setelah dia dilemparkan ke padang tandus yang di dalamnya tidak ada sebatang pohon pun sedangkan Nabi Yūnus as dalam keadaan sakit, keadaanya sangat lemah -sebagaimana Ibnu Mas‘ūd katakan- ibarat seekor burung yang tidak mempunyai bulu atau ibarat seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya.
Dengan keadaan seperti itu, Allah swt menumbuhkan sebatang pohon labu untuk Nabi Yūnus as -yang menurut ulama- penumbuhan pohon labu itu mempunyai hikmah yang sangat besar di antaranya adalah bahwa daun pohon labu itu sangat rindang tidak dijadikan tempat serangga, dan buahnya dapat dimakan baik yang muda maupun sudah tua, mentah maupun dimasak dapat mencerdaskan otak, dan masih banyak lagi manfaat lainnya. Semua itu adalah merupakan rahmat dari Allah swt sekaligus nikmat serta kebaikan-Nya yang dilimpahkan kepada Nabi Yūnus as. Oleh kerena itu Allah swt berfirman, “Maka kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan” yaitu penderitaan dan kesusahan yang menimpa dirinya. “Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman” yakni keselamatan bagi orang-orang yang mau meminta pertolongan Allah.[29]
   
Lalu Allah swt berfirman,
 “Dan kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, Karena itu kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.[30]

Allah swt -setelah peristiwa ikan besar-, Nabi Yūnus as diutus Allah swt kepada seratus ribu orang bahkan lebih. Ada yang mengatakan bahwa tambahan itu adalah sepuluhribu orang dan ada yang mengatakan tujuh puluh ribu orang.[31]

B.  Keutamaan Nabi Yūnus As

Allah swt berfirman,
 “Sesungguhnya Yūnus benar-benar salah seorang rasul”

Dan Allah swt menceritakan Nabi Yūnus as bersama beberapa Nabi mulia dalam dua surat an-Nisā’ dan al-An‘ām.

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا الْعَالِيَةِ ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَمِّ نَبِيِّكُمْ ، يَعْنِي ابْنَ عَبَّاسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لاََ يَنْبَغِي لِعَبْدٍ أَنْ يَقُولَ أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى وَنَسَبَهُ إِلَى أَبِيهِ.(رواه البخارى, الترمذى, مسلم, أحمد, وابن حبان)

“Telah menceritakan padaku Muhammad bin Basyār, menceritakan kepada kami Ghundar, menceritakan kepada kami Syu‘bah dari Qatādah, ia berkata, aku mendengar Abū al-‘Ȧliyah berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu ‘Abbās dari Nabi saw berkata, “Tidak sepantasnya seorang hamba mengatakan aku lebih baik dari Yūnus bin Mattā dan nasabnya sampai kepada ayahnya.”[32]

C.  Pelajaran Yang Dapat di Ambil

Dari kisah yang telah penulis paparkan sedemikian rupa dari kisah perjuangan Nabi Yūnus as banyak pelajaran yang dapat kita ambil diantanya meliputi (1) targhīb (motivasi) siapa saja yang mau menuruti kehendak Allah swt, meminta pertolongan dan hanya meyembah kepada Allah swt saja sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Yūnus as meskipun dalam keadaan yang sulit sekalipun maka ia  akan mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak. (2) tarhīb (penakut-nakutan) siapa saja yang menyekutukan Allah swt tidak mau mengikuti utusan Allah dan hanya teguh pendiriannya pada tradisi, adat dan kebiasaan nenek moyang mereka maka Allah swt tidak akan segan-segan dalam memberikan azab kepada mereka sampai mereka bertaubat ke jalan yang lurus yang diajarkan oleh Nabi yang telah diutuskan kepada mereka. (3) tuntunan agar supaya bersabar dalam menghadapi musibah apapun bentuknya dengan tetap beristiānah kepada Allah semata serta berdoa kepada-Nya. (4) dialog yang terjadi antara Nabi Yūnus as dan kaumnya serta malaikat dengan Allah swt yang dapat menjadi ibrah. (5) mu‘iẓah yang disampaikan oleh Nabi Yūnus as kepada kaumnya menandakan keteguhan hati Nabi Yūnus as dan umat-umat sesudahnya untuk tetap berpegang teguh pada ajaran Allah swt tetap sabar dan tidak menyekutukan-Nya. (6) amṡāl di sini digambarkan ketika Nabi Yūnus as dilemparkan ke padang tandus yang di dalamnya tidak ada sebatang pohon pun sedangkan Nabi Yūnus as dalam keadaan sakit, keadaanya sangat lemah dikatakan bahwa dia simisalkan seperti seekor burung yang tidak mempunyai bulu atau ibarat seorang anak yang baru dilahirkan oleh ibunya.




D.  Doa
Doa yang akan kami sebutkan adalah doa yang pernah diucapkan oleh Nabi Yūnus as ketika di dalam perut ikan yang besar, pada saat itu dia berserah diri kepada Allah, bersujud seraya berkata,
اللَّهُمَّ لاَ إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
“Ya Allah, tiada Tuhan melainkan hanya Engkau, sesungguhnya aku termnasuk orang-orang yang zalim”.

E.   Sumber Bacaan

1.      Al-Qur’ān al-Karīm
2.      Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, Alih Bahasa M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008)
3.      Dr. ‘Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Lubāb at-Tafsīr min Ibni Kaṣīr, cet. I, Alih Bahasa m. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2010), juz IV, hlm. 245.
4.      Departemen Agama RI, Mushaf  al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006).
5.      Sandiaz Yudhasmara, “ Nabi Yunus, Berdzikir 40 Hari Saat Ditelan Ikan Paus,” http://The Truth Islamic Religion Islam is Peace and Love.htm
6.      Kisah Nabi Yunus, Kaum Ninawa Dan Seekor Ikan Paus”, http:// Portal Berita Dunia Islam &amp%3b Indonesia Terbaru &amp%3b Terkini Hari Ini.htm,

F.   Identitas Penyusun

Nama          : Hudzaifaturrahman
Alamat        : Kemiri, RT 02/ RW 02, Sumpiuh Banyumas
PT               : PUTM Yogyakarta
Semester     : VI (enam)
Mata kuliah            : Metodologi Dakwah 



[1] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, Alih Bahasa M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm.327.

[2] Sandiaz Yudhasmara, “ Nabi Yunus, Berdzikir 40 Hari Saat Ditelan Ikan Paus,” http://The Truth Islamic Religion Islam is Peace and Love.htm, akses 14 Juni 2012, jam 09.00 WIB.

[3] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 328.

[4] Sandiaz Yudhasmara, “ Nabi Yunus,…hlm. 1.

[5]Kisah Nabi Yunus, Kaum Ninawa Dan Seekor Ikan Paus”, http:// Portal Berita Dunia Islam &amp%3b Indonesia Terbaru &amp%3b Terkini Hari Ini.htm, akses 14 Juni 2012, jam 09.00 WIB.
[6] Kisah Nabi Yunus, Kaum Ninawa Dan Seekor Ikan Paus”, http:// Portal Berita Dunia Islam &amp%3b Indonesia Terbaru &amp%3b Terkini Hari Ini.htm, akses 14 Juni 2012, jam 09.00 WIB.

[7] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 328.
[8] Dr. ‘Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Lubāb at-Tafsīr min Ibni Kaṣīr, cet. I, Alih Bahasa m. Abdul Ghoffar E.M. dan Abu Ihsan al-Atsari, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’I, 2010), juz IV, hlm. 245.

[9] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 328.

[10]  Yūnus [10]: 98.

[11] Departemen Agama RI, Mushaf  al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm. 221.
 
[12] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 328.

[13] Yūnus [10]: 98.

[14] Departemen Agama RI, Mushaf  al-Qur’an,…hlm. 221

[15] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 329.
[16] Kisah Nabi Yunus, Kaum Ninawa,…hlm. 1.

[17] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 329.

[18] Kisah Nabi Yunus, Kaum Ninawa,…hlm. 1.

[19] Aṣ-Ṣaffāt [37]: 139-142.

[20] Departemen Agama RI, Mushaf  al-Qur’an,…hlm. 452.

[21] Dr. ‘Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Lubāb at-Tafsīr,…juz V, hlm. 284.

[22] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 329.
[23] Ibid., hlm. 329.

[24] Ibid., hlm. 329.

[25] Al-Anbiyā’ [21]: 87-88.

[26] Departemen Agama RI, Mushaf  al-Qur’an,…hlm. 330.

[27] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 330.

[28] Ibid., hlm. 332
[29] Ibid., hlm. 332
               
[30] Departemen Agama RI, Mushaf  al-Qur’an,…hlm. 452.

[31] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 328.
[32] Abū Fidā’ Ismā‘īl Ibnu Kaṣīr, Qaṣaṣ al-Anbiyā’, hlm. 335.

posted under |

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimaksih infonya sangat bermanfaat sekali .
Obat Infeksi Lambung Pada Anak

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Labels

Blogger Tricks

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Search

Featured Posts Coolbthemes

Blogger templates

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

About Me

Foto Saya
el-fatihkamil
Mau makan untuk hidup atau hidup untuk makan aku tak peduli....yang jelas saya tidak makan orang.hehehehe^_^
Lihat profil lengkapku

Followers

Text Widget


Recent Comments