MUJADALAH (dialog) ANTARA MUSA DENGAN FIR'AUN

undefined undefined


A.    Ayat Dan Terjemahan
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :
قالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ (18) وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (19) قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ (20) فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ (21) وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (22) قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23) قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (24) قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ (25) قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (26) قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ (27) قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (28) قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ (29) قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ (30) قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (31)

"18. Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara {keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara {keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19. dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20. Berkata Musa: "Aku telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.[1] 21. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang diantara rasul-rasul. 22. Budi yang kamu limpahkan kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il." 23. Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24. Musa menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25. Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak mendengarkan?". 26. Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu" 27. Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". 28. Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29. Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan". 30. Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 -31 }

B.     Kisahnya :
Pada suatu kesempatan, Musa dan Harun menemui raja Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan Raja pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.

posted under | 0 Comments

KISAH LELAKI DURHAKA YANG MEMILIKI DUA KEBUN SUBUR

undefined undefined



A.    PEMBAHASAN
Al-Qur’an menyampaikan pesannya dengan beragam cara, salah satunya adalah melalui kisah yang dapat dipetik hikmah dan ibrahnya. Salah satu kisah Al-Qur’an yang cukup menarik dan padat hikmah adalah kisah dua lelaki di dalam surah Al-Kahfi ayat 32-44.  Sebelum merinci kandngan yang terkandung di dalamnya kami menyamapikan terlebih dahulu kisahnya di dalam Al-Qur’an secara lengkap beserta tambahan keterangan dari kitab-kitab tafsir;
وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِأَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ أَعْنَابٍ وَحَفَفْنَاهُمَا بِنَخْلٍ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًا [٣٢] كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ آتَتْ أُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِم مِّنْهُ شَيْئًا ۚ وَفَجَّرْنَا خِلَالَهُمَا نَهَرًا [٣٣[وَكَانَ لَهُ ثَمَرٌ فَقَالَ لِصَاحِبِهِ وَهُوَ يُحَاوِرُهُ أَنَا أَكْثَرُ مِنكَ مَالًا وَأَعَزُّ نَفَرًا [٣٤]
Dan berikanlah kepada mereka sebuah perumpamaan dua orang laki-laki, Kami jadikan bagi seorang di antara keduanya (yang kafir) dua buah kebun anggur dan kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon korma dan di antara kedua kebun itu Kami buatkan ladang.(32) Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah-celah kedua kebun itu,(33) dan dia mempunyai kekayaan besar, maka ia berkata kepada kawannya (yang mukmin) ketika bercakap-cakap dengan dia: "Hartaku lebih banyak dari pada hartamu dan pengikut-pengikutku lebih kuat"(34). (al-Kahfi : 32-34).
Imam al-Baghawi menyebutkan bahwa kedua lelaki yang kisahnya dijadikan perumpamaan tersebut adalah dua orang yang bersaudara di kalangan Bani Israil. Salah seorang di antara mereka adalah lelaki yang beriman bernama Yahudza sedangkan saudaranya yang kafir bernama Quthruz.[1] Keduanya mewarisi harta dari  ayah mereka sebanyak 8000 dirham, warisan tersbut mereka bagi rata masing-masing orang mendapatkan 4000 dirham. Quthruz si kafir menggunakan uangnya tersebut untuk membangun rumah dan membeli tanah pertanian yang luas serta menikahi wanita cantik. Yahudza yang beriman kepada Allah menginfakan hartanya dijalan Allah swt dan berdoa agar dia dibrikan taman (kebun), tempat tinggal serta istri di surga.

posted under | 1 Comments

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

undefined undefined


            Allah swt adalah Zat yang Maha Adil dan Bijaksana, buktinya Ia tidak membiarkan hambanya terjerumus dalam kehancuran ketika hambanya bingung mengenai tujuan hidupnya, juga dalam menentukan mana yang benar dan yang salah. Allah swt memganugrahkan syariat dan hukum-hukum yang mengatur dan dapat membantu manusia dalam mencapai realitas kebahagiaan. Allah swt menciptakan manusia sebagai Makhluk yang paling sempurna.disertai dengan berbagai macam naluri, termasuk di dalamnya naluri bertuhan, dan naluri beragama. Oleh karena itu manusia hidup di dunia ini mengemban amanah sebagai seorang khalifah (pemimpin).yang tugas utamanya adalah membangun kemakmuran dan kesejahteraan hidup umat manusia serta menciptakan perdamaian dan ketertiban antar umat manusia.

            Kepemimpinan dalam islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, oleh karena itu sosok pemimpin yang disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum allah swt dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum Allah harus ditegakkan agar keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada hakekatnya islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam.

posted under | 0 Comments

Pengalaman Tugas Muballiq Hijrah di Kulon Progo ( Kendala-Kendala dan Solusinya)

undefined undefined


Bismillahi al-rahman al-rahim
Sebagai organisasi dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, Muhammadiyah mempunyai banyak kegiatan-kegiatan dan program untuk mewujudkan cita-citanya yaitu membentuk masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Program Muballiq Hijrah merupakan salah satu contoh programnya dan program ini harus dijalani oleh para kader perserikatan khususnya yang kuliah di PUTM dan bisa dikatakan sebagai program tahunan yang wajib diikuti. Dengan melihat kondisi masyarakat yang masih kurang pemahaman agamanya, maka MH dipandang sangat penting peranannya bagi perkembangan keislaman bagi masyarakat terutama yang tinggal di daerah pedesaan karena masih terbatasnya informasi tentang keagamaan dan kurangnya muballig. Setiap tahun tepatnya di bulan Ramadhan, Muhammadiyah mengirim kader-kader PUTM ke berbagai kabupaten di Yogyakarta atas permintaan masyarakat. Kader-kader yang dikirim itu diharapkan mempunyai andil dalam memajukan dakwah di daerah tersebut dan saya termasuk salah satu kader yang dikirim itu.

posted under | 0 Comments

KISAH NABI YUNUS DAN SANG PAUS PEMANGSA

undefined undefined



A.  Kisah Perjuangan Dakwah Nabi Yūnus As

Tidak banyak yang dikisahkan oleh Al-Quran tentang Nabi Yūnus as sebagaimana kisah tentang Nabi Mūsā as, Yūsuf dan Nabi-nabi lainnya. Ayat-ayat yang mengkisahkan perjuangan dan perjalanan Nabi Yūnus di antaranya termuat dalam surat Yūnus [10]: 98, al-Anbiyā’ [21]: 87-88, aṣ-Ṣaffāt [37]: 139-148, al-Qalam [68]: 48-50 dan ayat-ayat lain yang berkaitan.[1] Yunus (Arab:يونس atau يونان Yūnān, Inggris: Jonah, Ibrani:Yonah, Latin: Ionas) (sekitar 820-750 SM) adalah salah seorang Nabi dalam agama Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang disebutkan dalam Al-Qur’an dalam Surah Yūnus dan dalam al-Kitab dalam Kitab Yūnus. Ia ditugaskan berdakwah kepada orang Assyiria di Nainawa-Iraq. Namanya disebutkan sebanyak 6 kali di dalam al-Quran dan wafat di Nainawa-Iraq.Yūnus bin Mattā dari keturunan Benyamin bin Ya‘qūb.[2]
Allah swt -sebagaimana dikatakan para Ahli Tafsir- mengutus Nabi Yūnus as kepada penduduk Nainawa di daerah al-Muwaṣil. Lalu Nabi Yūnus as menyeru penduduknya ke jalan Allah swt. Namun mereka mendustakannya dan senantiasa dalam kekafiran dan keingkaran mereka.[3] Hanya ada 2 orang yang bersedia menjadi pengikutnya, yaitu Rubil dan Tanuh. Rubil adalah seorang yang alim bijaksana, sedang Tanuh adalah seorang yang tenang dan sederhana.[4] Nabi Yūnus as merupakan seorang asing yang datang di tengah-tengah penduduk Ninawa itu. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah. Nabi Yūnus as membawa ajaran tauhid dan iman kepada mereka, mengajak mereka agar menyembah kepada Allah swt yang telah menciptakan mereka dan menciptakan alam semesta, meninggalkan persembahan mereka kepada berhala-berhala yang mereka buat sendiri dari batu dan berhala-berhala yang tidak dapat membawa manfaat atau mudarat bagi mereka. Ia memperingatkan mereka bahwa mereka sebagai makhluk Allah swt yang utama yang memperoleh kelebihan di atas makhluk-makhluk yang lain tidak sepatutnya merendahkan diri dengan menundukkan dahi dan wajah mereka menyembah batu-batu mati yang mereka pertuhankan, padahal itu semua buatan mereka sendiri yang kadang-kadang dan dapat dihancurkan dan diubah bentuk dan memodelnya.[5]

posted under | 1 Comments
undefined undefined

WASIAT LUQMAN KEPADA ANAKNYA

            Pada rangkaian ayat surah Luqman, Allah swt mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya, Luqman sendiri adalah putra ‘Anqa bin Sadun. Sedangkan menurut satu pendapat yang dikemukakan as-Suhaili, putera Luqman it bernama Tsaran.. Allah swt menyebutkan Luqman dengan sebutan yang sangat terpuji. Bahwasanya Allah telah menganugrahkan hikmah kepadanya. Allah menceritakan bahwa suatu saat Luqman membeir wasiat dan wejangan kepada anaknya, manusia yang paling ia cintai dan yang paling ia sayangi, serta manusia yang peling  berhak mendapatkan Ilmu pengetahuan dan nasehat darinya.
            Namanya (Luqman) diabadikan menjadi nama sebuah surat di dalam Al-Qur’an yaitu surat ke 31. Ia digambarkan sebagai laki-laki shalih yang memberikan untaian nasihat luhur kepada anaknya yang merupakan sosok manusia yang paling ia cintai dan paling ia sayangi daripada manusia yang lain. Sebagaimana diriwayatkan oleh Syu’bah dari al-Hakam dari Mujahid, ia berkata, “Luqman adalah seorang hamba yang shalih, namun ia bukan Nabi.[1]
Ada begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari dari surah Luqman yang berupa nasehat kepada putranya, di antaranya ialah:
1.      Tidak menyekutukan Allah.
            Dosa yang paling besar di sisi Allah swt adalah dosa syirik dan kedzaliman yang sangat besar, dan pelakunya tidak akan diampuni kecuali bertaubat. Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya: Wahai anakku! janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.(Q.S. Luqman:13)         

posted under | 0 Comments

PENUTUP

undefined undefined


A.    Kesimpulan
Penelitian hadis yang berbicara tentang perpecahan umat Rasulullah menjadi 73 golongan dapat disimpulkan menjadi tiga kategori:
1.      Menerima hadis ini dengan alasan banyak ulama yang menghukuminya sebagai hadis hasan, meskipun salah satu sanadnya ada yang lemah akan tetapi drajatnya bisa menjadi hasan karena adanya hadis lain yang semakna yang berperan sebagai syawahid-nya. Konsekuensinya adalah bisa menimbulkan adanya klaim-klaim kelompok tertentu yang hanya menganggap golongannya yang selamat.
2.      Menolak hadis tersebut dengan alasan salah satu perawinya ada yang lemah dan juga terdapat kejanggalan dari segi matannya yang bertolak belakang dengan spirit Islam yang membenci adanya perpecahan. Adanya syawahid dan hadisnya masyhūr bukan secara otomatis bisa dihukumi sebagai hasan karena banyak aspek yang harus diperhatikan dan tidak kalah pentingnya, yakni kualitas matan hadis. Alasan lain adalah karena hadis tersebut tidak mencukupi syarat hadis sahih sehingga tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, padahal keduanya tidak akan mudah melewatkan satupun bab yang penting di dalam hadisnya begitu saja tanpa alasan tertentu.
3.      Menerima hadis hadis tersebut tapi dengan pemahaman yang berbeda mengenai matan dan maksud hadis. Tidak menafikan akan adanya 72 golongan yang dianggap masuk neraka, akan tetapi golongan tersebut adanya pada zaman dahulu dan sudah dikalahkan, sehingga perpecahan dengan jumlah tersebut tidak ada lagi pada zaman sekarang ini. Lafal 73 golongan itu juga tidak diartikan secara harfiah, tapi diartikan dengan kontekstual dengan makna “sungguh-sungguh sangat dan amat celaka”.
Setelah melakukan penelitian hadis ini, secara pribadi penulis lebih memilih pendapat yang kedua yakni menolak hadis tersebut.

posted under | 1 Comments

Analisis Terhadap Kualitas Matan Hadis

undefined undefined

A.    
            Penelitian matan hadis berbeda dengan penelitian terhadap sanad hadis kendati penelitian sanad harus dilakukan terlebih dahulu. Demikian juga terhadap kriteria dan cara penilaian terhadapnya berbeda. Istilah yang digunakan dalam menilai suatu matan apabila diterima atau ditolak adalah maqbūl dan mardūd. Kedua istilah tersebut digunakan ulama hadis dalam menilai matan suatu hadis. Hal tersebut berbeda dengan hasil penilaian atas sanad hadis yang dapat dikalsifikasikan menjadi tiga macam yaitu, sahih, hasan, dan daif.[1]
            Terkait dengan kajian matan hadis tentang perpecahan umat Islam, maka yang akan penulis teliti adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Jalur Abū Dāud dan juga hadis ‘Auf bin Mālik melalui jalurnya Ibnu Mājah yang kedudukannya adalah sebagai syahid dari hadis Abū Dāud.  Ada dua hal yang penting untuk dikaji, diantaranya adalah:
a.      Kajian Leksikal
Redaksi hadis tentang perpecahan umat Islam tersebut, dapat dipahami dengan terlebih dahulu memahami makna leksikal beberapa kata kunci (key word) yang menyusun hadis tersebut menjadi sebuah redaksi. Setidaknya ada beberapa kata yang dapat dieksplorasi makna leksikalnya, yaitu Iftaraqa, al-Ummah, dan ‘Alā Ṡalātsin wa Sab’īna Firqah yang terdapat dalam hadis Abū Hurairah dan juga redaksi tambahan kata al-Jamā’ah dalam hadis ‘Auf bin Mālik.
1.      Iftaraqa.
            Di dalam Kamus al-Munawwir kata Iftaraqa, yaftariqu, iftirāqan itu berarti terpisah-pisah atau bercerai-berai. Antonimnya adalah ijtama’a, yajtami’u yang berarti berkumpul atau berhimpun.[2] Faraqa itu untuk hal baik sedangkan tafarraqa itu untuk kerusakan.[3] Penjelasan mengenai iftirāq sudah penulis jelaskan panjang lebar pada bab kedua.

posted under | 0 Comments

Analisis Terhadap Kualitas Sanad Hadis.

undefined undefined

A. 
           Sanad hadis dinyatakan mempunyai kedudukan yang sangat penting, sebab utamanya dapat dilihat dari dua sisi yakni dilihat dari sisi kedudukan hadis dalam kesumberan ajaran Islam dan dilihat dari kesejarahan hadis. Dilihat dari sisi yang disebutkan pertama, sanad hadis sangat penting karena hadis merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Sedang dilihat dari sisi yang disebutkan kedua, sanad hadis sangat penting karena dalam sejarah: [a] pada zaman Nabi tidak seluruh hadis tertulis; [b] sesudah zaman Nabi telah berkembang pemalsuan-pemalsuan hadis; dan [c] penghimpunan (tadwin) hadis secara resmi dan missal terjadi setelah berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadis.[1] Hadis Nabi merupakan sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an. Dilihat dari segi periwayatannya, sebagian besar hadis dari Nabi saw tidaklah mutawatir. Karenanya, pengkaji ajaran Islam dituntut memiliki kecermatan dalam menelaah kualitas hadis.[2]
            Ulama hadis menilai sangat penting kedudukan sanad dalam riwayat hadis. Karena demikian pentingnya, maka suatu berita yang dinyatakan sebagai hadis Nabi oleh seseorang, tapi berita itu tidak memiliki sanad sama sekali, maka berita tersebut tidak dapat disebut sebagai hadis.          Sekiranya berita itu tetap juga dinyatakan sebagai hadis oleh orang-orang tertentu, misalnya oleh ulama yang bukan ahli hadis, maka berita tersebut oleh ulama hadis dinyatakan sebagai hadis maudu’ ((موضوع.

posted under | 0 Comments

PENELITIAN SANAD HADIS ABU HURAIRAH

undefined undefined


A.    Takhrīj Hadis
            Secara etimologi kata takhrij berasal dari kharaja, yakhruju, yang mempunyai beberapa arti; (1) al-istinbāth (mengeluarkan); (2) al-tadrīb (melatih atau membiasakan) (3) al-tawjīh (memperhadapkan). Menurut Dr. Mahmud Thahhan kata takhrīj menurut bahasa ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan dalam satu persoalan”.
Menurut Istilah, kata takhrīj mempunyai beberapa pengertian, yaitu:
1.      Mengemukakan Hadits kepada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam rangkaian sanad yang telah menyampaikan hadits itu.
2.      Ulama hadits mengeluarkan berbagai hadits yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab atau lainnya, yag susunannya dikemukakan berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya atau temannya atau orang lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber pangambilan.
3.      Menunjukkan asal-usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadis yang disusun oleh mukharrijnya.4.      Mengemukakan hadis berdasarkan sumber pengambilannya yang di dalamnya disertakan metode periwayatan dan sanadnya masing-masing dengan menjelaskan keadaan perawi dan kualitas haditsnya.
5.      Menunjukkan letak asal hadis pada sumber aslinya, yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing.[1]            Dengan demikian pengertian takhrīj hadis yang dimaksud di sini adalah pengertian takhrīj hadits yang kelima, yaitu penelusuran atau pencarian hadis dari berbagai sumbernya yang asli dengan mengemukakan matan serta sanadnya secara lengkap untuk kemudian diteliti kualitas haditsnya. Dengan kata lain, tujuan melakukan takhrīj hadis adalah menunjukkan sumber hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut.[2]

posted under | 0 Comments

TINJAUAN UMUM TENTANG PERPECAHAN UMAT ISLAM

undefined undefined


A.    Pengertian Iftiraq
            Iftiraq secara etimologis berasal dari kata mufaraqah, yang berarti “perceraian, perpisahan, dan pemutusan”. Iftiraq juga diambil dari kata insyaab (pertentangan) dan syudzudz (nyeleneh, ganjil, atau aneh). Dari kata ini iftiraq berarti “sesuatu yang keluar dari asal (pokok), atau segala sesuatu yang keluar dari kesungguhan atau segala sesuatu yang keluar dari jama’ah”[1]
            Iftiraq menurut istilah adalah “keluar dari Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam salah satu pokok (ushul) dari pokok-pokok agama yang qathiyyah ataupun pokok-pokok amaliyah yang sifatnya qath’iyyah ataupun pokok-pokok yang erat hubungannya dengan kemashlahatan kaum Muslimin.[2]
            Dengan begitu, membuat selisih dengan Ahlu Sunnah wal Jama’ah pada masalah-masalah pokok yang berhubungan dengan akidah merupakan perbuatan iftiraq serta membuat selisih dengan Jama’atul Muslimin dan iman mereka pada masalah-masalah yang yang mendatangkan kemashlahatan dan kemajuan bagi kaum Muslimin juga merupakan iftiraq. Keluar dari ijma’ (kesepakatan) kaum Muslimin secara praktis dinamakan iftiraq, setiap kufur besar dinamakan juga iftiraq, tetapi tidak setiap bentuk iftiraq adalah menjurus kepada kekufuran. Setiap amalan atau keyakinan yang mengeluarkan manusia dari pokok-pokok islam, pokok-pokok Islam, kepastian-kepastian agama, dan dari Ahlu Sunnah wal Jama’ah yang membuat dia kufur, maka hal itu juga berarti tindakan iftiraq. Namun, tidak setiap iftiraq itu kufur. Artinya, mungkin terjadi iftiraq dari sekelompok atau segolongan manusia atau jama’ah, tetapi kadang-kadang tidak bisa disebut kufur sampai dia dipastikan berbuat iftiraq (berpecah-belah) dari Jama’atul Muslimin dalam salah satu perbuatan, seperti pemisahan diri yang dilakukan kaum Khawarij. Kaum Khawarij telah memisahkan diri dari Jama’atul Muslimin, dam mengadakan pemberontakan kepada kaum Muslimin yang lebih besar. Oleh karena itu, mereka benar mengadakan pemisahan diri dengan Jama’atul Muslimin dan imam Yang dibai’at. Saat itu para sahabat belum memvonis kaum Khawarij sebagai kafir, tetapi masih dalam batas sebagai orang yang berselisih.[3]

posted under | 1 Comments

HADIS TERPECAHNYA UMAT ISLAM MENJADI 73 GOLONGAN (Studi Kritik Sanad dan Matan)

undefined undefined


PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang Masalah
              Perpecahan di dalam tubuh umat Islam adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, tetapi yang perlu diingat adalah, orang sering kali tidak tahu sebab-sebab terjadinya perpecahan. Di kalangan umat Islam sekarang ini terkadang terjadi perpecahan dalam hal-hal yang sebenarnya tidak boleh terjadi. Kita sering berpendapat, bahwa menghidari perpecahan dan membendung bahayanya sebelum hal itu terjadi jauh lebih baik daripada pengobatan setelah terjadi. Memang pendapat ini merupakan ijma’ yang disepakati. Namun sebaiknya kita mengerti bahwa menjaga dari perpecahan caranya adalah dengan jalan menghindari penyebabnya. Ada beberapa masalah lain yang bisa menjadi faktor terhindarnya perpecahan, yaitu dalam bentuk umum maupun khusus. Sebab-sebab umunya adalah: Berpegang  teguh pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw.[1]
              Dengan memahami petunjuk Nabi saw dan berpegang teguh kepadanya, insya Allah akan mendapat petunjuk dan mengetahui agamanya. Oleh karena itu akan terjauhkan dari perpecahan dan pertentangan yang menuju pada perpecahan atau terjerumus ke dalamnya tanpa disadari. Sementara sebab khusus yang dapat menjaga dari perpecahan adalah megikuti jalan Salafush Shalih, yaitu sahabat, tabi’in, dan imam agama dari kalangan Ahlu Sunnah wal Jama’ah[2].

posted under | 13 Comments

PENYALIBAN YESUS MENURUT INJIL DAN AL-QUR'AN

undefined undefined

"Janganlah ayah dihukum mati karena anaknya, janganlah pula anak dihukum mati karena ayahnya; Setiap orang harus dihukum mati karena dosanya sendiri." (Ulangan 24:16) "Orang yang berbuat dosa, itulah yang harus mati. Anak tidak akan ikut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah pun tidak akan ikut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung diatasnya." (Yehezkiel 18:20).
 Perjalanan hidup para Nabi Israil di dalam menempuh misi kenabiannya ditengah-tengah bangsanya sendiri, seringkali mendapatkan sandungan dan tantangan, baik yang berasal dari pemerintahan yang berkuasa saat itu maupun dari orang-orang yang menghambakan dirinya pada harta benda dan keserakahan hawa nafsunya. Begitupun yang menimpa pada sejarah kehidupan 'Isa al-Masih putera Maryam yang diutus Allah untuk mengembalikan bangsanya kepada jalan Allah yang pernah disampaikan oleh Musa sebelumnya, telah mendapatkan tantangan yang keras dari pihak Yahudi dan pemerintahan Romawi yang berkuasa atas Yerusalem masa itu.
 Sejarah Bible mencatatkan bahwa Nabi 'Isa al-Masih hanya mengangkat sebanyak dua belas orang murid untuk membantu perjuangannya menyebarkan agama Allah, yaitu suatu jumlah tradisional yang mewakili dua belas suku Bani Israil. Namun sayang sekali, ternyata tidak semua dari sahabat-sahabat beliau adalah orang-orang yang beriman dan setia terhadap Nabi 'Isa putra Maryam, ada diantara mereka yang malah membelot dan menjadi musuh dalam selimut, bekerja sama dengan pihak romawi untuk menangkap dan membunuh 'Isa. Al-Qur'an mengingatkan orang-orang yang beriman terhadap Allah dan Rasul-Nya dengan mengambil contoh kepada peringatan Nabi 'Isa putera Maryam terhadap para sahabatnya untuk menjadi khalifatullah yang menegakkan ajaran Islam di manapun berada. "Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah pembantu-pembantu Allah sebagaimana 'Isa putera Maryam berkata kepada para sahabatnya: Siapakah pembantu-pembantuku untuk Allah?; Sahabat-sahabatnya berkata: Kamilah pembantu-pembantu Allah; Maka sebagian dari Bani Israil itu beriman dan sebagian lagi ingkar. Maka Kami bantu mereka yang beriman terhadap musuh-musuhnya. Maka jadilah mereka orang-orang yang menang." (QS. Ash-Shaff[61]:14)

Pernahkah Syiah Melawan Zionis?

undefined undefined

Oleh, AM Waskito
Salah satu alasan yang membuat kaum Syiah Rafidhah selalu berbunga-bunga ialah sebagai berikut…
[=] Syiah adalah musuh terbesar Amerika dan Israel.
[=] Syiah adalah musuh utama Zionis Yahudi yang sangat ditakuti karena punya intalasi nuklir.
Sejarah Syiah: "Selalu Menusuk Ahlus Sunnah dari Belakang. Dan Tak Pernah Perang Melawan Orang Kafir."
[=] Hizbullah adalah sosok kekuatan Syiah yang selalu gagah-berani menghadang barisan Zionis Israel.
[=] Sementara Saudi, Kuwait, dan Qatar, selalu bermanis-manis kata dengan dedengkot Yahudi, yaitu Amerika.
[=] Revolusi Khomeini adalah revolusi Islam yang menginspirasi perjuangan gerakan-gerakan Islam di dunia.
Ya, kurang lebih begitu klaim para aktivis agama Persia (Syiah Rafidhah) ini. Di berbagai forum, kesempatan, termasuk dalam diskusi di blog ini, alasan-alasan itu selalu mereka munculkan. Seakan-akan, tidak lagi alasan bagi Syiah untuk tetap eksis di muka bumi, selain klaim-klaim seperti itu.

Lalu bagaimana pandangan kita sebagai Ahlus Sunnah tentang klaim kaum Syiah ini?

posted under | 0 Comments

SESALKU

undefined undefined


Aku menyesal waktuku yang sekian puluh tahun habis tanpa ada perubahan yang berarti dalam diriku.
Mengapa demikian?
Karena aku terbawa oleh arus deras yang selama ini baru kusadari sekarang, pelan tapi pasti bagai musuh dalam selimut yang sewaktu waktu bisa menikamku dari belakang bahkan dari arah mana saja yg ia kehendaki.
Dan akhir akhir ini aku selalu ingin mengutuk diriku sendiri. Tapi pada dasarnya bukanlah diriku yang salah.Yang salah dan harus dikambing hitamkan adalah hawa nafsu yang bersarang dalam diriku,hawa nafsu yang selalu condong pada kesenangan duniawi.
Wahai hawa andai engkau dapat kukendalikan laksana kau mengendalikanku pasti hidupku akan sangat berarti.

posted under | 0 Comments

Ketika Aku Berwudhu

undefined undefined

Sungguh indah terasa dunia ini, ketika kenikmatan yang kurasakan bisa beralih pada kenikmatan lain. Seperti dikala mengecup nikmatnya terlelap tiba-tiba dibangunkan oleh suara yang seakan-akan mengajakku berpetualang ke taman indah yang menimbulkan penyesalan jika diabaikan,
Alhamdulillah untung masih bukan suara tiupan penanda sebenarnya tapi panggilan Ilahi sebagai tanda masih terbukanya lowongan untuk menambah investasi amal demi kebahagiaan dihari esok. Yaitu hari yang sulit difahami kecuali oleh segumpal daging. Segumpal daging yang bisa memproduksi produk yaqin (tauhid).
Begitu berat rasanya kelopak mata ini untuk dibuka tapi sejenak kupikir lebih berat mana dibandingkan dengan menanggung beban siksa dari pengakuan mata ketika menjadi saksi di sana kelak. Ketika itu ia sama sekali tidak bisa diajak kompromi sedikitpun seperti kebiasaan jahiliah di dunia.
Syukur jadi alternatif paling jitu saat ini karena masih diberikan kemampuan dan kebebasan bertindak serta mengatur bagian-bagian dalam tubuh ini yang terdiri dari rangkaian-rangkaian yang sudah diatur oleh sang Maha Pengatur. Sungguh semua yang ada di dunia ini berada dalam situasi keteraturan tingkat tinggi yang biasa kita simpulkan dengan kata sunnatullah.

posted under | 0 Comments

Lempar mangga sembunyi tangan dan nunjuk orang lain

undefined undefined


Kenapa jalur menuju surga abadi terasa sepi, pahit, sempit, sulit, dan menghimpit sedangkan jalur menuju neraka abadi terbentang luas, mudah, rame, enak, bisa seru-seruan, bahkan gratis? Jawabannya karena surga itu sangat berharga dan tentunya tidak ada jalan pintas menuju ke sana (ke surga kok lewat jalan pintas, emangnya punya moyangmu ?) Hehe
Neraka mudah dimasuki karena ada Syaitan penunjuk jalan menuju perangkap yang selalu setia dan tanpa pamrih menuntun dan menemani sampai kapanpun jua (kalau mau belajar tentang kesetiaan, maka belajarlah kepada setan !).
Apa benar Syaitan biang keroknya?? Kalau benar berarti kasihan sekali nasibmu Syaitan, sudah dilaknat tak terhingga turunan dituduh biang kerok lagi....waduh...!!! But, tetap salut deh sama kamu karena sudah bermurah hati dan mau berbagi nasib dengan kami. Hehe
Tapi pada kenyataanya, terkadang kita sudah tahu kalau itu perangkap, akan  tetapi kita tetap sengaja memasukinya, mungkin karena penasaran, balas budi sama Syaitan yang telah bermurah hati, merasa tertantang, atau merasa keren kalau masuk ke sana...?(masuk neraka kok keren, teori dari mana tuh?).
Membawa-bawa nama-nama Syaitan sebagai biang kerok segala bentuk maksiat yang dikerjakannya hanya sebagai alasan untuk menunjukkan kelemahannya dan melegalkan semuanya sehingga akhirnya ia menampakkan diri seolah-olah sebagai korban atau pihak yang dirugikan oleh pihak lain, bukan oleh diri sendiri. Ini namanya "lempar mangga sembunyi tangan dan nunjuk orang lain".
Sebenarnya Syaitan itu tidak terletak dalam perangkap-perangkap itu, tetapi dia bersembunyi dalam diri kita sendiri...atau bisa jadi kitalah Syaitan itu..???:-).
"MARI...KENALI DIRI KITA MELALUI CERMIN INTROPEKSI & ALAT PENDETEKSI SYAITHAN":-):-):-)

posted under | 2 Comments

Optimisme dan Pesimisme

undefined undefined

"Janganlah berputus asa atas rahmat Allah. Sungguh, tiada orang yang berputus asa atas rahmat Allah, kecuali orang yang kafir". (QS : Yusuf : 87)

Saya tidak pernah membayangkan bahwa dalam hati orang yang beriman kepada Allah dapat dihinggapi penyakit putus asa dan pesimis. Betapapun gelapnya jalan yang akan dilalui, beratnya penderitaan yang menimpa, dan tegarnya halangan merintang.
Al-Qur'an menempatkan rasa putus asa ini sekedudukan dengan kekufuran dan menyejajarkan dengan kesesatan.
Firman-Nya :
"Tiada yang berputus harapan mengenai rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat". (QS : al-Hijr : 56)
Dan al-Qur'an juga telah menegaskan adanya undang-undang alam (sunatullah) yang tak kan berganti.
Firman-Nya:
"Begitulah hukum Allah yang berlaku terhadap orang-orang yang terdahulu, dan engkau tidak akan mendapati perubahan pada hukum Allah itu". (QS : al-Ahzab : 56)
Sesungguhnya hari-hari itu beredar diantara manusia, senantiasa berganti dan bertukar, keadaan pun senantiasa berubah. Orang yang kuat tidak selamanya kuat, yang berkuasa tidak selamanya berkuasa, yang lemah tidak selamanya lemah. Keadaan itu akan silih berganti menimpa umat dan bangsa, sebagaimana yang terjadi pada perorangan.
Firman-Nya :
"Dan hari-hari itu Kami pergilirkan diantara manusia, karena Allah hendak menunjukkan siapa yang benar-benar beriman dan siapa pula yang gugur diantaramu yang dapat disebut syuhada'. Namun Allah tiak menyukai orang-orang yang zalim".(QS : Ali Imran : 140).

posted under | 0 Comments

UPACARA TAHLILAN

undefined undefined

Pertanyaan dari:
Kus Anwaruddin, Sekretaris PC Pemuda Muhammadiyah Tersono
Mangunsari, Tersono, Batang, Jawa Tengah


Pertanyaan:

Sebagai warga Muhammadiyah walaupun belum punya KTA saya ingin menanyakan beberapa hal yang selama ini menjadi ganjalan dalam benak saya:
1.      Bagaimana sikap resmi PP Muhammadiyah mengenai tradisi Upacara Tahlilan dalam rangkaian upacara kematian?
2.      Sebagai warga Muhammadiyah bagaimana sikap saya bila diundang dalam upacara tahlilan yang di dalamnya ada jamuan makanannya? (Biasanya makanan tersebut dikumpulkan oleh warga RT/jamaah lalu diserahkan kepada keluarga yang terkena musibah dan selanjutnya dimakan bersama dalam upacara tahlilan tersebut).
3.      Apa hukumnya bila saya menghadiri undangan tahlilan tersebut dengan alasan untuk kerukunan sebagai warga masyarakat? (Perlu diketahui bahwa, sepengetahuan saya di daerah saya masih banyak para PCM yang menghadiri undangan tahlilan tersebut).
4.      Apa pula hukumnya makan bersama dalam perjamuan tahlilan tersebut dengan alasan yang meninggal dunia tidak punya anak yatim / anaknya sudah dewasa dan sudah berkeluarga semua serta makanan tersebut berasal dari para jamaah tahlil yang hadir/dari warga RT? (Biasanya hal ini sudah menjadi program RT).
Saya sangat mengharapkan atas jawaban yang memuaskan dan disertai dalil-dalil yang sohih sehingga sebagai warga Muhammadiyah saya tidak ragu-ragu dalam melaksanakan ibadah yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw.
Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih.

posted under | 2 Comments
Postingan Lebih Baru Beranda

Labels

Blogger Tricks

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Search

Featured Posts Coolbthemes

Blogger templates

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

About Me

Foto Saya
el-fatihkamil
Mau makan untuk hidup atau hidup untuk makan aku tak peduli....yang jelas saya tidak makan orang.hehehehe^_^
Lihat profil lengkapku

Followers

Text Widget