Ketika Aku Berwudhu

Sungguh indah terasa dunia ini, ketika kenikmatan yang kurasakan bisa beralih pada kenikmatan lain. Seperti dikala mengecup nikmatnya terlelap tiba-tiba dibangunkan oleh suara yang seakan-akan mengajakku berpetualang ke taman indah yang menimbulkan penyesalan jika diabaikan,
Alhamdulillah untung masih bukan suara tiupan penanda sebenarnya tapi panggilan Ilahi sebagai tanda masih terbukanya lowongan untuk menambah investasi amal demi kebahagiaan dihari esok. Yaitu hari yang sulit difahami kecuali oleh segumpal daging. Segumpal daging yang bisa memproduksi produk yaqin (tauhid).
Begitu berat rasanya kelopak mata ini untuk dibuka tapi sejenak kupikir lebih berat mana dibandingkan dengan menanggung beban siksa dari pengakuan mata ketika menjadi saksi di sana kelak. Ketika itu ia sama sekali tidak bisa diajak kompromi sedikitpun seperti kebiasaan jahiliah di dunia.
Syukur jadi alternatif paling jitu saat ini karena masih diberikan kemampuan dan kebebasan bertindak serta mengatur bagian-bagian dalam tubuh ini yang terdiri dari rangkaian-rangkaian yang sudah diatur oleh sang Maha Pengatur. Sungguh semua yang ada di dunia ini berada dalam situasi keteraturan tingkat tinggi yang biasa kita simpulkan dengan kata sunnatullah.


Kucoba kuatkan tekad ini dan menepis jauh-jauh keraguan dengan berjalan selangkah demi selangkah walaupun dalam keadaan sempoyongan atau tergopoh-gopoh sekalipun tapi kuharap bisa mencapai tujuanku dengan taslim. Lebih baik begitu, tapi jika dibandingkan dengan langkah kakiku dengan tujuan yang kejelasannya kabur itu belum seberapa.
Kutimbah sumber kehidupan dari sumur dengan wadah yang kecil dibarengi dengan tenaga yang belum sepenuhnya komplit lalu kutuangkan kewadah yang besar ternyata masih belum cukup, kucoba sampai ketiga kalinya akhirnya penuh juga. Pikirku, sedikit demi sedikit itu bukan malapetaka buatku asalkan kulakukan dengan rutin bin kontinue akhirnya bisa juga, bagaimana sekiranya jika dilakukan dengan instan alias sekali saja dengan wadah yang besar tapi tidak disokong dengan simpul tali yang kokoh plus tenaga yang mumpuni, awalnya mungkin saja sanggup tapi sebelum sampai permukaan tangan sudah melepuh dan airnya balik ke asal jatuh menimpa sekumpulan butiran air yang sebelumnya jadi bagiannya juga. Apa yang terjadi..?? Pasti akan menimbulkan gelombang yang bisa membuat keruh seluruh air di dalamnya.
Baiknya...dalam beramal juga seperti itu. Walaupun sedikit tapi bisa memberi harapan yang menjanjikan dan tidak hanya berhenti di depan pintu  hayalan yang digembok dengan lamunan sia-sia.
Setelah aku briftitah dengan menutuangkan butiran air yang menyatu dan jatuh ketangan lalu kurasakan reaksinya menjalar sampai keubun-ubun yang menyadarkanku bahwa ini benar-benar bukan termasuk salah satu adegan dalam mimpiku. Manusia benar-benar haus dan butuh seseorang yang bisa membangunkannya dari tidur panjangnya, tidak semua orang itu bisa divonis trinfeksi positif penyakit malas, tapi ada sebagian yang sebelum bertindak itu butuh seseorang meluangkan waktu sejenak untuk sekedar mengelus-elus kepalanya atau mendendangkan  alunan lagu kepedulian ketelinganya. Kadang memang kejenuhan itu jadi tamu yang suka masuk lewat pintu belakang, mungkin  ia merasa diterima baik dan dihormati tuan rumah makanya itu betah tinggal lama-lama.
Kumasukkan air kegerbang keluar masuknya penghasil tenaga juga kelubang masuknya silembut yang tidak dapat terdeteksi dengan kasat mata. Mudahan-mudahan bukan cuma bahan mentahnya saja yang bersih tapi menjadi mauku juga agar semua yang diam bersembunyi dibaliknya berupa prestasi buruk yang sudah terlanjur diberi tepuk tangan dan ucapan selamat.
Setelah cukup ketiga kalinya kini giliran wajahku  ini yang merasakannya, semoga masalah berwujud dosa yang menderaku selama ini ikut berguguran seiring jatuhnya butiran air sisa wudhu. Meskipun tidak tampan-tampan amat (hehehe) tapi kuharap wajah ini tidak menjadi fitnah tapi bisa menyejukkan hati orang yang memandangnya dengan memakai jurus senyum. Dengan memakai jurus senyum lebar bisa jadi sebuah amuinisi sedekah yang tidak brwujud materi.
Tampak lagi keadilan-Nya, kesempatan itu bukan hanya bagi sikaya tapi juga bagi simiskin. Setelah itu kubasuh tangan ini untuk kedua kalinya tapi jangkauannya lebih luas lagi yakni sampai siku. Semoga  tangan ini juga tidak hanya bisa menerima uluran tangan orang lain dan sebatas kepentinganku semata tapi juga  bisa distel untuk merangkul masalah yang  menimpa saudara yang lain, bukan sebagai penyolong tapi penolong, bukan perampas hak tapi pemangkas kesulitan, bukan pencuri jalang tapi pencari jalan keluar, lebih mulia tangan ini kotor sebagi tukang sapu jalanan dari pada jadi tukang tipu jadi jadian.
Kini jangkauan tanganku sudah mencapai garis finish tapi sebelumnya aku harus mampir mengusap benda mati  yang pangkalnya hidup serta daun yang tidak pernah kering (rambut kepala dan telinga). Kuharap semoga keberkahan akal ini dapat menjadi sarana yang memudahkanku berbuat adil, paling tidak buat diriku terlebih dulu serta menggunakannya untuk membenarkan kebesaran Rab-ku  sehingga menambah keyakinanku. Bukan sebagai alat untuk mencari hakekat yang tidak bisa diterima akal atau panca indra lalu menggugatnya yang ujungnya menjadikanku ragu akan kebesaran Rab-ku. Begitupun telingaku ini, jangan sampai hanya kuisi dengan suara yang tidak pantas aku dengar yang lama kelamaan akan melemahkan serta merobohkan kekuatan benteng hati ini.
Akhirnya bagian tubuhku yang paling rendah yang menjadi sasaran guyuran dan basuhan tangan. Meskipun posisinya rendah tapi tanpanya badan ini tidak akan bisa tegak. Darinya aku dapat belajar dua hal yang baru aku sadari, bayangkan betapa berat beban yang harus dipikulnya setiap hari tapi apa dia pernah mengeluh ataupun protes? Padahal hampir tiap hari kita menyiksanya tapi dia tetap setia menemani kita berjalan menyusuri berbagai rintangan dalam mencari ridha-Nya. Terkadang rasa malu timbul dalam diri sendiri yang tidak pernah puas akan nikmatnya serta mengeluh jika menemui sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan hati. Tapi dari sepasang kaki ini aku bisa belajar dan mulai mengerti apa arti kesabaran, kesetiaan, dan apa itu keikhlasan
Kulakukan semua ini dengan maksud  agar aku bisa suci dari kotoran dan menghadap Rab-ku dalam keadaan suci. Semoga target lahir dan batinnya bisa sampai garis finish. Lahir adalah bersihnya fisik dan sucinya anggota badan yang kugunakan untuk ibadah sedangkan yang batin adalah sucinya hati dari dosa dan maksiat dengan jalan taubat.
Innallaha yuhibbu al-tawwabina wa yuhibbu al-mutathahhirin...

posted under |

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Labels

Blogger Tricks

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads 468x60px

Search

Featured Posts Coolbthemes

Blogger templates

Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources

About Me

Foto Saya
el-fatihkamil
Mau makan untuk hidup atau hidup untuk makan aku tak peduli....yang jelas saya tidak makan orang.hehehehe^_^
Lihat profil lengkapku

Followers

Text Widget


Recent Comments